REDACTED
Brian De Palma ingin negaranya menghentikan perang melalui film terbaru yang dikemasnya dengan judul Redacted. Meski sebuah "cerita fiksi" namun film ini diangkat dari true events yang diinginkannya menjadi suatu pengungkapan betapa collateral damage penyerangan/invansi Amerika Serikat ke Iraq tidak hanya menzolimi rakyat Iraq namun juga telah merusak mental para prajurit yang dikirim untuk misi tersebut. Redacted, juga terinspirasi dari Kasus Abeer Qassim al-Janabi, yaitu kejadian nyata atas pemerkosaan dan pembunuhan terhadap gadis Iraq yang berumur 14 tahun disertai dengan pembantaian terhadap keluarganya yang dilakukan oleh tentara Amerika. De Palma memfiksikan kisah ini dengan sorotan ala kamera handicam seorang amatir.
Sebelum memulai proyek film ini, De Palma melakukan banyak riset yang dilakukannya sendiri dengan berbicara dengan banyak tentara yang pernah dikirim ke Iraq. Dari semua wawancara yang dilakukannya, ia menarik keseragaman problem yang dihadapi para tentara itu bahwa mereka tidak paham apa yang sebenarnya mereka lakukan di Iraq. Mereka tidak tahu yang mana musuh, ketika rekannya mati akibat bom mereka ingin membalas dendam dengan menembaki semua orang Iraq. Para tentara stress/ tertekan secara psikologis terhadap keadaan yang menyudutkan mereka sebagai "bad guy" di daerah ini. Iraq tidak seperti Vietnam, tidak ada tempat-tempat hiburan yang lazim ada di negara barat, kalau di Vietnam ada rumah-rumah bordil untuk mereka dapat membuang hajat, di Iraq tidak. Tentara menjadi objek utama sasaran penembakan dan pengeboman oleh kalangan militan lokal dalam perang kota di Iraq. De Palma juga ingin menceritakan hal-hal yang tak terekspos dalam berita-berita di media-media Amerika. Dia mengklaim memiliki banya foto dari banyak photographer yang liputannya itu tak pernah dipublikasikan di AS, namun karya mereka beberapa dipublikasikan di beberapa media Arab. De Palma mengatakan ada banyak juga jurnalis Amerika yang menjadi tertekan karena mereka harus menutupi beberapa kenyataan yang telah mereka lihat disana atas permintaan media dimana mereka bekerja. Sayang, Film ini banyak dibenci oleh kritikus maupun rakyat Amerika. Film ini dituduh menceritakan kebohongan dan menurunkan moral pasukan AS di Irak. Rakyat Amerika menuding film ini akan menjadi kampanye negatif terhadap pasukan AS yang mencitrakan dirinya sebagai Pro Demokrasi dan Pembela HAM. De Palma menyayangkan hal ini, apa jadinya jika Amerika tidak melihat apa yang sedang mereka lihat?
Dewasa ini orang lazim membawa kamera kemana-mana, hand-phone pun lazim dilengkapi kamera. Orang lebih memilih merekam gambar melalui kamera digital yang handy daripada menulis jurnal/ buku harian. Demikian pula para tentara yang dikirim ke Iraq. Mereka banyak yang merekam aktivitas sehari-harinya dengan camera dan mengirimkan kabarnya melalui internet untuk keluarganya. Kebiasaan merekam gambar yang dilakukan para tentara ini menjadi topik utama di film ini. Kita akan tersentak dengan kesaksian seorang tentara yang dengan ungkapan luka hatinya, sbb:
You don't want to hear a war story. Do you want to hear a war story? All right. Here's a war story for you. When I first went over there. To Afganistan, I was all amped up to kill for my country. I was ready to just kick some ass, you know? Get some licks in for what they did to the Towers, just be a big fvcking war hero.
I get over to Iraq and… man… it's just totally diffrerent story. You grow up really really fast over there. Because everything you see, everywhere you look is just death, and it's suffering. And the killing that I did do, it made me sick to my stomach. Because of these smells and these sound and these images. I have these snapshots in my brain, that are burned in there forever. And I don't know what the fvck I'm going to do about them and what was I doing there? What was I doing in a country that's done nothing to do to me? Just following orders? Bullshit! You better have a really good fvcking reason for one of your buddies to die in your arms, to be blow up right in front of you. A really good fvcking reason.
And I saw some shit there man. I just don't know how I'm going to live with. I went on a raid in Samarra, two man from my unit raped and kill a 15 years old girl and burn her budy. And I didn't do anything to stop it.
De Palma juga mengambil moment nyata yaitu kasus "Abu Musab al-Zarqawi memenggal seorang Amerika" tahun 2004 lalu, yang kita bersama telah mengetahui lewat berita-berita. Yaitu pemenggalan kepala seorang pemuda, warga negara Amerika yang bernama Nicholash Berg (26 tahun) yang dilakukan oleh kelompok militan di Iraq dan mereka menyiarkan rekaman video nya melalui internet. De Palma mencoba menggunakan apa yang pernah menjadi kenyataan itu untuk dapat kita menengok kedalam, apa yang menjadikan mereka bertindak begitu sadis. Bahwa hal itu bukan kasus yang berdiri sendiri, tetapi suatu hal yang terjadi dari hukum aksi-reaksi.
Dibanding film-film yang lain tentang perang sejenis, misalnya Lions for Lambs atau In the Valley of Elah, Film Redacted ini lebih menyuguhkan sesuatu realitas yang membuat kita makin mengerti akibat-akibat perang yang tidak hanya merugikan rakyat dari negara yang diserang. Film ini ditutup dengan foto-foto dokumenter yang merekam kejadian-kejadian yang mengenaskan di Iraq, termasuk seorang ibu yang hamil tua tertembak secara brutal oleh tentara AS di checkpoint di daerah Samarra. Foto-foto tersebut disensor dengan menutupi wajah para korban dengan spidol hitam. Meski demikian, tetap saja membuat perut ini jadi mual melihatnya. De Palma, sutradara senior, menciptakan film untuk misi kemanusiaan dan memberi pesan yang jelas : STOP THE IRAQ WAR!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar